Indonesia adalah salah satu Negara megadiversitas, yakni
negara dengan keanekaragam hayati terkaya didunia. Hampir seluruh spesies yang
ada dimuka bumi terdapat di Indonesia. Terlebih dari itu, Indonesia juga
menjadi sumber paru-paru dunia, terdapat banyak pulau dengan hutan hujan tropis
terbaik khususnya pulau Kalimantan.
Pulau yang terbagi atas lima provinsi, yakni Kalimantan bagian utara, selatan,
barat, timur, dan tengah ini terkenal dengan hutan hujan tropis yang sangat
asri sebagai habitat berbagai flora dan fauna endemik Indonesia. Beberapa flora dan fauna tersebut diantaranya ialah
meranti, ulin, gaharu, orang utan, bekantan yang dikenal sebagai maskot dunia
fantasi di Jakarta, owa-owa dan pesut mahakam.
Selain terdapat
berbagai keanekaragaman hayati, hutan hujan tropis di Kalimantan juga
menyimpan harta yang tersembunyi selama bertahun-tahun lamanya, seperti minyak,
batu bara, karet, rotan dan emas. Begitu banyak harta-harta tersembunyi yang
diam dibawah bumi Kalimantan dan menjadi sebuah jaminan masa depan bagi
intergenerasi sebagai sebuah warisan. Dengan konservasi alam untuk menjaga dan melindungi
alam serta tidak melakukan eksploitasi yang berlebihan tanpa memikirkan
intergenerasi merupakan suatu usaha untuk mewariskan sebuah kekayaan yang tidak
akan pernah dapat ternilai dengan materi.
Terlepas dari kekayaan alam yang dimiliki, Kalimantan juga
memiliki segudang orang-orang dengan
intelektualitas tinggi dari berbagai bidang dan beragam spesifikasi kemampuan. Selain
majunya pendidikan di daerah, banyaknya muda-mudi Kalimantan yang menuntut ilmu
di instansi-instansi pendidikan terkemuka baik dalam maupun luar negeri juga
mendorong kualitas taraf pemikiran masyarakatnya. Kemajuan perkembangan pola
pikir masyarakat yang selama ini dipandang sebagai primitif karena cenderung
tinggal dikawasan hutan, begitu sangat cepat menyesuaikan dengan tuntutan
globalisasi. Masyarakatnya telah hidup secara modern bahkan sangat maju sebagai
akibat pembangunan dan eksploitasi sumber daya alam yang terjadi pada setiap
daerah di Kalimantan.
Kemajuan pola pikir ini tidak terlepas dari sistem-sistem
ekonomi yang menuntut pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Perbaikan kualitas
pendidikan dan berbagai bidang lain merupakan usaha-usaha masyarakat untuk
menciptakan kesejahteraan melalui terpenuhinya kebutuhan hidup, sehingga kualitas
hidup layak menjadi dasar kemajuan dalam struktur sosial masyarakat.
Sistem kapitalisme memunculkan berbagai aktivitas ekonomi,
industri bertebaran diseluruh penjuru dunia bahkan daerah-daerah terpencil di
pulau Kalimantan pun menjadi tempat berkembangnya perindustrian. Eksploitasi
hutan secara besar-besaran terus terjadi. Kehidupan lokal yang berdampingan
dengan alam tergeser akibat pembangunan gedung-gedung dan prasarana untuk
kepentingan eksploitasi. Keseimbangan ekosistem terancam akibat hutan yang
terus-menerus dialihfungsikan menjadi pusat kepentingan manusia. Misalnya,
industri sawit yang memerlukan lahan luas dan menghilangkan hutan gambut serta
melakukan pembakaran yang berakibat pada emisi karbondioksida, begitu pula
eksploitasi batu bara yang menggunakan zat-zat kimia berbahaya untuk
pertambangan. Pertambangan batu bara dan lahan sawit di Kalimantan tumbuh
menjadi suatu industri yang sangat menjanjikan bagi para kapitalis (pemilik
modal), sehingga Keuntungan atau kepentingan pribadi diutamakan, kepentingan
bersama berupa kelangsungan sumber daya alam diabaikan.
Hutan-hutan Kalimantan yang umumnya menjadi destinasi
ekploitasi utama ialah Kalimantan Tengah dan Timur. Perusahaan besar milik
asing bertebaran diseluruh penjuru kedua provinsi tersebut. Kalimantan Tengah
misalnya, industri sawit dan batu bara menjadi sumber penghasilan atau mata
pencaharian bagi masyarakatnya. Upah yang ditawarkan oleh perusahaan tambang
batu bara sangat tinggi dan menariknya lagi ialah pembelian lahan yang menjadi
titik pengeboran bahan bakar fosil ini dibeli dengan harga ratusan juta rupiah.
Selain itu, industri sawit juga merupakan investasi jangka panjang yang sangat
menguntungkan. Reformasi industri sudah meresap ke segala lapisan struktur
masyarakat, bahkan hingga masyarakat pedalaman. Masyarakat lokal yang pada
mulanya hanya bertumpuan pada rotan, karet dan berburu serta bercocok tanam
untuk mencukupi kebutuhan hidupnya harus menjalani reformasi akibat aktivitas
ekonomi yang berbasis hutan.
Sinergi antara manusia dan alam seakan mati dan tidak lagi
harmonis seperti pada mulanya. Kesadaran manusia untuk menciptakan harmonisasi
dengan alam hanyalah sebuah fiktif belaka. Sebab, semakin cerdas manusia
semakin tinggi pula keegoisannya. Keuntungan pribadi, pekerjaan dan
kesejahteraan hidup lah yang menjadi tujuan utama kehidupan seseorang sehingga
cenderung kebanyak orang mengabaikan hal-hal sederhana berkaitan dengan
hubungannya dengan alam sekitarnya. Namun disatu sisi, ada pula kelompok orang
yang peduli akan permasalahan alam. Orang-orang ini terus berupaya menggalakkan
konservasi dengan tujuan adanya kepedulian dan kesadaran dari kelompok yang mementingkan
diri sendiri agar bisa bersinergi membangun harmonisasi manusia dengan alam.
Kedua kelompok orang ini terus saling mempengaruhi satu sama lain dan hidup
berdampingan, hanya pola pikir saja yang membedakan masing-masing kelompok.
Oleh karena itu, harmonisasi manusia dengan alam sangat sulit dicapai apabila
konflik intelektualitas manusia terus berkembang, perlu adanya kesepahaman pandangan akan
realita permasalahan yang terjadi. Maka dari itu, semua elemen struktur sosial
harus mau bersinergi untuk menciptakan harmoni dengan alam dan menjadikannya
sebuah ritme kehidupan dalam keseharian manusia.
Masalah-masalah lingkungan atau alam sebenarnya
menitikberatkan pada pola konsumsi dan pikir masyarakat, karena kecenderungan
untuk tergiur akan nominal yang ditawarkan oleh pengembang (pemilik modal)
merupakan hak pribadi seseorang. Ia memiliki hak milik yang wajar jika
dipertukarkan untuk mendapatkan hak milik atas hal-hal lain. Kecepatan
perkembangan pola pikir manusia mengenai aktivitas perekonomian tidak akan
pernah bisa dihentikan, namun yang bisa dilakukan adalah menciptakan inovasi
pola pikir perekonomian dengan keuntungan yang tidak membunuh alam. Hal-hal
sederhana yang dapat dilakukan oleh manusia untuk memperbaiki relasi dengan
alam, khususnya untuk masyarakat Kalimantan ialah mempertahankan alam dari
eksploitasi secara besar-besaran yang dapat diwujudkan dengan tidak menjual
tanah atau lahan pada kapitalis. Namun mengelola tanah tersebut agar
menghasilkan sesuatu,seperti rempah,
sayuran, padi, buah-buahan dan berbagai bahan pangan yang dapat dihasilkan
dengan mudah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu perlu pula
adanya regulasi pemerintah yang dapat mempertahankan kestabilan harga karet dan
harga-harga kebutuhan pokok, sehingga upah rill masyarakat tetap terjaga pada
standar hidup layak. Sebab, akibat dari
lemahnya harga karet selalu berujung pada peralihan pekerjaan dari yang semula
penyadap karet, kemudian menjadi karyawan pada perusahaan tambang. Selain itu,
otoritas harus lebih mampu menekan berdirinya perusahaan-perusahaan tambang dan
aktivitas industri yang menghancurkan alam, akan tetapi menjadikan hutan-hutan
sebagai cagar alam dan destinasi wisata yang akan menciptakan pekerjaan bagi
masyarakat sekitar. Dengan demikian, perekonomian yang berbasis hutan tanpa
merusak alam dapat terwujudkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar