Jumat, 25 Agustus 2017

Intelektualitas: ancaman dan solusi harmonisasi manusia dan alam




Indonesia adalah salah satu Negara megadiversitas, yakni negara dengan keanekaragam hayati terkaya didunia. Hampir seluruh spesies yang ada dimuka bumi terdapat di Indonesia. Terlebih dari itu, Indonesia juga menjadi sumber paru-paru dunia, terdapat banyak pulau dengan hutan hujan tropis terbaik khususnya  pulau Kalimantan. Pulau yang terbagi atas lima provinsi, yakni Kalimantan bagian utara, selatan, barat, timur, dan tengah ini terkenal dengan hutan hujan tropis yang sangat asri sebagai habitat berbagai flora dan fauna endemik Indonesia. Beberapa  flora dan fauna tersebut diantaranya ialah meranti, ulin, gaharu, orang utan, bekantan yang dikenal sebagai maskot dunia fantasi di Jakarta, owa-owa dan pesut mahakam.
Selain terdapat  berbagai keanekaragaman hayati, hutan hujan tropis di Kalimantan juga menyimpan harta yang tersembunyi selama bertahun-tahun lamanya, seperti minyak, batu bara, karet, rotan dan emas. Begitu banyak harta-harta tersembunyi yang diam dibawah bumi Kalimantan dan menjadi sebuah jaminan masa depan bagi intergenerasi sebagai sebuah warisan. Dengan  konservasi alam untuk menjaga dan melindungi alam serta tidak melakukan eksploitasi yang berlebihan tanpa memikirkan intergenerasi merupakan suatu usaha untuk mewariskan sebuah kekayaan yang tidak akan pernah dapat ternilai dengan materi.
Terlepas dari kekayaan alam yang dimiliki, Kalimantan juga memiliki segudang orang-orang  dengan intelektualitas tinggi dari berbagai bidang dan beragam spesifikasi kemampuan. Selain majunya pendidikan di daerah, banyaknya muda-mudi Kalimantan yang menuntut ilmu di instansi-instansi pendidikan terkemuka baik dalam maupun luar negeri juga mendorong kualitas taraf pemikiran masyarakatnya. Kemajuan perkembangan pola pikir masyarakat yang selama ini dipandang sebagai primitif karena cenderung tinggal dikawasan hutan, begitu sangat cepat menyesuaikan dengan tuntutan globalisasi. Masyarakatnya telah hidup secara modern bahkan sangat maju sebagai akibat pembangunan dan eksploitasi sumber daya alam yang terjadi pada setiap daerah di Kalimantan.
Kemajuan pola pikir ini tidak terlepas dari sistem-sistem ekonomi yang menuntut pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Perbaikan kualitas pendidikan dan berbagai bidang lain merupakan usaha-usaha masyarakat untuk menciptakan kesejahteraan melalui terpenuhinya kebutuhan hidup, sehingga kualitas hidup layak menjadi dasar kemajuan dalam struktur sosial masyarakat.
Sistem kapitalisme memunculkan berbagai aktivitas ekonomi, industri bertebaran diseluruh penjuru dunia bahkan daerah-daerah terpencil di pulau Kalimantan pun menjadi tempat berkembangnya perindustrian. Eksploitasi hutan secara besar-besaran terus terjadi. Kehidupan lokal yang berdampingan dengan alam tergeser akibat pembangunan gedung-gedung dan prasarana untuk kepentingan eksploitasi. Keseimbangan ekosistem terancam akibat hutan yang terus-menerus dialihfungsikan menjadi pusat kepentingan manusia. Misalnya, industri sawit yang memerlukan lahan luas dan menghilangkan hutan gambut serta melakukan pembakaran yang berakibat pada emisi karbondioksida, begitu pula eksploitasi batu bara yang menggunakan zat-zat kimia berbahaya untuk pertambangan. Pertambangan batu bara dan lahan sawit di Kalimantan tumbuh menjadi suatu industri yang sangat menjanjikan bagi para kapitalis (pemilik modal), sehingga Keuntungan atau kepentingan pribadi diutamakan, kepentingan bersama berupa kelangsungan sumber daya alam diabaikan.
Hutan-hutan Kalimantan yang umumnya menjadi destinasi ekploitasi utama ialah Kalimantan Tengah dan Timur. Perusahaan besar milik asing bertebaran diseluruh penjuru kedua provinsi tersebut. Kalimantan Tengah misalnya, industri sawit dan batu bara menjadi sumber penghasilan atau mata pencaharian bagi masyarakatnya. Upah yang ditawarkan oleh perusahaan tambang batu bara sangat tinggi dan menariknya lagi ialah pembelian lahan yang menjadi titik pengeboran bahan bakar fosil ini dibeli dengan harga ratusan juta rupiah. Selain itu, industri sawit juga merupakan investasi jangka panjang yang sangat menguntungkan. Reformasi industri sudah meresap ke segala lapisan struktur masyarakat, bahkan hingga masyarakat pedalaman. Masyarakat lokal yang pada mulanya hanya bertumpuan pada rotan, karet dan berburu serta bercocok tanam untuk mencukupi kebutuhan hidupnya harus menjalani reformasi akibat aktivitas ekonomi yang berbasis hutan.
Sinergi antara manusia dan alam seakan mati dan tidak lagi harmonis seperti pada mulanya. Kesadaran manusia untuk menciptakan harmonisasi dengan alam hanyalah sebuah fiktif belaka. Sebab, semakin cerdas manusia semakin tinggi pula keegoisannya. Keuntungan pribadi, pekerjaan dan kesejahteraan hidup lah yang menjadi tujuan utama kehidupan seseorang sehingga cenderung kebanyak orang mengabaikan hal-hal sederhana berkaitan dengan hubungannya dengan alam sekitarnya. Namun disatu sisi, ada pula kelompok orang yang peduli akan permasalahan alam. Orang-orang ini terus berupaya menggalakkan konservasi dengan tujuan adanya kepedulian dan kesadaran dari kelompok yang mementingkan diri sendiri agar bisa bersinergi membangun harmonisasi manusia dengan alam. Kedua kelompok orang ini terus saling mempengaruhi satu sama lain dan hidup berdampingan, hanya pola pikir saja yang membedakan masing-masing kelompok. Oleh karena itu, harmonisasi manusia dengan alam sangat sulit dicapai apabila konflik intelektualitas manusia terus berkembang,  perlu adanya kesepahaman pandangan akan realita permasalahan yang terjadi. Maka dari itu, semua elemen struktur sosial harus mau bersinergi untuk menciptakan harmoni dengan alam dan menjadikannya sebuah ritme kehidupan dalam keseharian manusia.
Masalah-masalah lingkungan atau alam sebenarnya menitikberatkan pada pola konsumsi dan pikir masyarakat, karena kecenderungan untuk tergiur akan nominal yang ditawarkan oleh pengembang (pemilik modal) merupakan hak pribadi seseorang. Ia memiliki hak milik yang wajar jika dipertukarkan untuk mendapatkan hak milik atas hal-hal lain. Kecepatan perkembangan pola pikir manusia mengenai aktivitas perekonomian tidak akan pernah bisa dihentikan, namun yang bisa dilakukan adalah menciptakan inovasi pola pikir perekonomian dengan keuntungan yang tidak membunuh alam. Hal-hal sederhana yang dapat dilakukan oleh manusia untuk memperbaiki relasi dengan alam, khususnya untuk masyarakat Kalimantan ialah mempertahankan alam dari eksploitasi secara besar-besaran yang dapat diwujudkan dengan tidak menjual tanah atau lahan pada kapitalis. Namun mengelola tanah tersebut agar menghasilkan sesuatu,seperti  rempah, sayuran, padi, buah-buahan dan berbagai bahan pangan yang dapat dihasilkan dengan mudah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu perlu pula adanya regulasi pemerintah yang dapat mempertahankan kestabilan harga karet dan harga-harga kebutuhan pokok, sehingga upah rill masyarakat tetap terjaga pada standar hidup layak.  Sebab, akibat dari lemahnya harga karet selalu berujung pada peralihan pekerjaan dari yang semula penyadap karet, kemudian menjadi karyawan pada perusahaan tambang. Selain itu, otoritas harus lebih mampu menekan berdirinya perusahaan-perusahaan tambang dan aktivitas industri yang menghancurkan alam, akan tetapi menjadikan hutan-hutan sebagai cagar alam dan destinasi wisata yang akan menciptakan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Dengan demikian, perekonomian yang berbasis hutan tanpa merusak alam dapat terwujudkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar