Berbagi
cinta kasih kepada sesama merupakan insight terdalam yang harus
dipahami dengan jelas. Konteks agama itu melingkupi berbagai aspek
kehidupan dengan Yesus Kristus sebagai pusatnya. Allah telah
mengaruniakan keselamatan bagi manusia dengan mengorbankan Putera
Tunggal-Nya Yesus Kristus dikayu salib demi menyelamatkan umat-Nya dari
dosa. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai salah seorang yang telah
menerima karya keselamatan itu, kita punya tanggungjawab untuk
membagikan pada sesama dan mewujudnyatakannya.
Tindakan
dan perilaku yang mencerminkan Kristus adalah cara hidup seseorang yang
telah diselamatkan. Kasih itu murah hati dan berbagi, artinya dari kita
dan untuk kita. Dengan hidup berlandaskan kasih maka akan terciptanya
suatu kedamaian. Tidak ada lagi batas-batas atau petak antar umat
beragama karena semua hidup berdampingan dan saling mengasihi satu sama
lain.
Pada
awal perkuliahan saya menuliskan Allah bagiku serta ingin menjadi garam
dan terang dunia yang senantiasa membawa perubahan bagi sesame kearah
yang lebih baik. Kita tidak ingin kesenjangan menguasai dunia, selalu
ada anggapan si miskin dan si kaya. Miskin dan kaya adalah dua sisi dari
pola yang sama, yakni hidup dengan semangat kompetisi dan selalu
berusaha menyingkirkan sebanyak mungkin pihak yang terlibat. Tujuan
tertinggi ekonomi memang bukan melayani orang miskin, tapi jika kita
mengabaikan orang miskin tandanya tatanan ekonomi tidak serius mendukung
rencana Allah bagi manusia, yakni kesejahteraan umum.
Kegiatan
ekonomi harusnya melayani kemuliaan Allah, penegakkan kerajaan-Nya, dan
perdamaian, tentu saja hal-hal itu hanya bias diwujudkan dengan adanya
cinta kasih. Akibat dari tidak adanya cinta kasih sesama manusia yang
menyebut dirinya bergama, diantaranya yaitu mengambil hak orang lain
demi kepentingan diri sendiri atau yang biasa disebut dengan istilah
korupsi. Korupsi merupakan bukti nyata seseorang menjalankan
perekonomian dengan tidak melandaskan pada rencana Allah.
Tindakan-tindakan
yang diluar norma agama seperti membunuh, kerusuhan dan peperangan yang
berujung pada prasangka buruk antarumat beragama sehingga menyebabkan
perpecahan, tidak ada kedamaian. Ini merupakan realita yang tidak bisa
dipandang sebelah mata, tetapi harus dipahami dan diilhami dengan
rasionalitas.
Kedamaian
bangsa akan terwujud apabila setiap orang mulai memiliki cinta kasih
didalam dirinya. Dengan bertindak atas dasar cinta kasih seseorang akan
mewujudnyatakan kehendak Allah yang telah mengaruniakan keselamatan.
Bukan hanya toleransi yang kuat, melainkan juga solidaritas demi
membangun kesejahteraan bersama. Kedamaian dunia,bangsa dan keluarga
dimulai dari diri sendiri yang berdamai dengan menjadikan cinta kasih
dari Kristus sebagai gaya hidup sehingga bisa membagikan berkat
keselamatan serta mencerminkan kehidupan Yesus Kristus.
sumber:
Utama, Madya. 2002. Dialog antarumat beragama. Yogyakarta: Kanisius.
Jacobs, Tom. 1987. Gereja menurut Vatikan II. Yogyakarta: Kanisius.
Rial.
2000. Allah Pengalaman dan Refleksi dalam tradisi Kristen. Jakarta:
Lembaga Pembentukan Berlanjut Arnoldus Janssen dan Celesty Hieronika.
Artikel Prisma II. 1985. Agama dan Tantangan Zaman. Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan, Ekonomi dan Sosial.
Heinz, Karl. 1985.Etika Kristiani Jilid IV Kewajiban Moral dalam Hidup Sosial. Flores: LEDALERO.